Tidur memang sebuah nikmat. Tapi kebanyakan tidur bukan berarti semakin banyak nikmat. Anda mungkin pernah menyaksikan teman yang terbiasa tidur berjam-jam, atau bahkan itu anda sendiri?! Ini merupakan sebuah bencana. Terlebih sebagai seorang pelajar yang membutuhkan waktu untuk menelaah berbagai buku. Andai saja dalam tidur anda bisa menelaah kitab-kitab, maka itu mungkin baik. Tapi hal tersebut mustahil. Itu hanya satu dari seribu alasan dari tukang tidur.

Bagaimana mungkin kita menyia-nyiakan waktu untuk tidur. Sedang waktu itu sendiri merupakan modal dari kehidupan. Begitu banyak sumpah Allah taala yang berkaitan dengan waktu. Maka perhatikanlah waktu-waktu kita. Atur waktu tidur. Jangan berlebihan.

Umar bin Khattab berkata, “Siapa saja yang banyak tidur tidak akan merasakan keberkahan pada umurnya” [1]

Perhatikan waktu tidur. Banyak tidur juga akan berdampak pada kebodohan (jelas, waktunya bukan untuk belajar), menyeret pelaku pada budaya malas, mendorong pelakunya untuk suka berleha-leha, suka menunda dan santai.

Oleh karena itu, orang yang bijak tidak akan mau tunduk pada kantuk kecuali jika memang harus tidur.

————
[1] Al-adab an-Nabawi (p.212) di dalam Dr. Muhammad bin Ibrahim al-Hamad.2014. Mental Juara. Jakarta : Pustaka Imam syafii p.59

Penyusun : Radikal Yuda