Kalo kita sempatkan waktu sejenak untuk merenung dan bertanya pada diri ini, sampaikan pada diri ini sebuah pertanyaan yang sangat sederhana. “berapa jam kah kau habiskan waktu bersama-Nya?” “berapa bagian yang telah kau sisihkan dari koin-koin rupiah untuk bersedekah?”

Dari dua pertanyaan yang sangat sederhana diatas sudah menunjukan karakter kita, bahwanya kita lebih banyak memporsi waktu untuk urusan-urusan dunia dari pada akhirat.

Kita seolah makhluk yang sangat super-duper sibuk, untuk bisa berkomunikasi dengan dzat yang MAHA BESAR dalam lima waktu perharinya saja harus memiliki waktu khusus harus menyempatkannya kita seolah manusia pelit.

Tak sadar bahwa dihadapan dzat yang MAHA BESAR seolah-olah kita adalah orang tersibuk, padahal setiap hembusan yang diberikan, detak jantung yang diberikan, jatah hidup yang diberikan, seharusnya kita persembahkan hanya untuk-Nya.

“Dan tidak aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

(Adz-Dzariyat: 56)

Dia yang MAHA BESAR dan MAHA ADIL juga, akan tetapi yang harus sedikit kita koreksi, mengapa kita tidak adil kepada-Nya? Begitu bel kelas berbunyi dengan sigap kita bergegas untuk masuk kelas, tetapi anehnya, mengapa saat Allah memanggil untuk mengahap-Nya, kita begitu berani dengan entengnya menunda-nunda.

Ketika dosen memanggil, betapa takutnya kita sehingga dengan cepat kita menghapadnya, namun ketika panggilan Allah berkumandang , betapa lamanya kita untuk mengahadap-Nya, padahal yang memanggil kita adalah Dia dzat yang menciptakan dosen itu.

Ibnu Athaillah berkata: “menunda beramal sholeh guna menantikan kesempatan yang lebih luang termasuk tanda kebodohan diri”
Kita sangat sadar bahwa kita semua begitu takut ketika diancam neraka, akan tetapi kelakuan yang kita lakukan selama ini seolah-olah sedang memohon untuk dimasukan kedalamnya. Betapa banyak orang-orang yang mendambakan, memimpikan, menginginkan untuk menginjakan kakinya ditempat yang sangat agung yang didalamnya terdapat nikmat yang tak terbatas, tetapi kelakuannya justru malah semakin menjauhkannya.

“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan memasukinya. Siapa yang menaatiku akan masuk surga, dan siapa yang mendurhakaiku, maka dialah orang yang enggan masuk surga.”
(HR: Bukhari)

Penulis: Fitra Aryasandi
Artikel: muslimplus.net